Spiga

Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang tua

http://clearwisdom.net



Islam sangat memperhatikan hak- hak orang tua dan kerabat, oleh karena itu, kita ditekankan untuk mengamalkan dengan baik terutama hak-hak orang tua. hal ini disebabkan orang tualah yang telah melahirkan, mengasuh, mendidik, dan membesarkan kita sehingga kita menjadi manusia yang berguna. Oleh karena itu, kita wajib berbakti kepada kedua orang tua dengan cara menaati, menghomati, mencintai, menyayangi, membahagiakan serta mendo’akan keduanya ketika beliau masih hidup atuapun sudah meninggal dunia.

Adapun keutamaan berbakti kepada kedua orang tua adalah:

1. Berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama. Dasarnya adalah hadist Rasul yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud Radiallahu ‘Anhu:

Dari Abdullah bin Mas’ud katanya: “Aku bertanya kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam tentang amal –amal yang paling utama dan dicintai oleh Alloh, Nabi shallallahu’alaihi wasallam menjawab “Pertama shalat pada waktunya, (dalam riwayat lain disebutkan shalat diawal waktu), kedua berbakti kepada orang tua, ketiga Jihad di Jalan Alloh .” (HR. Bukhari I/134, Muslim NO. 85. Fathul Baari 2/9)


2. Ridho Alloh tergantung kepada keridhoan orang tua. Hal ini berdasarkan Hadist berikut ini yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi.

Dari Abdillah bin Amr bin Ash radiallahu ‘anhuma dikatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ridho Alloh tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Alloh tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad(2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), hakim(4/151-152))

3. Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami yaitu dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Hal ini berdasarkan hadist Nabi shallallahu’alaihi wasallam.

Dari Ibnu Umar: Rasulullah bersabda: pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki gunung. Ketika mereka ada didalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebgaian mereka berkata pada yang lain, “Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan.” Kemudian mereka memohon kepada Alloh dan bertawassul mellaui amalan tersebut, dengan harapan agar Alloh menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu dari mereka berkata “ Ya Alloh, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut sedagkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku menggembalakan kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada orang tuaku sebelum kepada orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam dan mendapati orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memereh susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalau aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikannya kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini aku berikan kepada kedua orang tuaku. Pagi harinya ketika orang tuaku bangun, aku berika kepada keduanya. Setelah keduanya minum,lalu aku berikan kepada anak-anakku. Ya Alloh seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Alloh, bukakanlah.” Maka batu yang menutupi pintu goa itu pun bergeser.(HR Bukhari (fathul Baari 4/449 no. 2272) Muslim (2473)(100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wattawassul bi Shalihil A’mal)

4. Dengan berbakti kepada kedua orang tua kan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur. Hal ini sebagaimana hadist yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim yaitu:

Dari sahabat Anas radiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung tali silaturahim” (HR Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693)

Dalam ayat –ayat Al Qur’an atau hadist-hadist lain dianjurkan untuk menyambung tali silaturahim. Dalam silaturahim yang harus didahulukan silaturrahim kepada kedua orang tua sebelum kepada yang lain.

5. Manfaat dari berbakti kepada kedua orang tua yaitu akan dimasukan kedalam Jannah (syurga) oleh Alloh. Dalam hadist Nabi shallallahu’alaihi wasallam disebutkan bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga. Dosa-dosa yang Alloh segerakan azabnya di dunia diantaranya adalah berbuat dzlim dan durhaka kepada kedua orang tua. Dengan demikian jika seorang anak berbuat kepada kedua orang tuanya, Alloh akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Alloh.

Sumber: Birrul Walidain (Yazid bin Abdul Qodir Jawas), Penerbit Darul Qolam
From : http://media-ilmu.com/

Wajibnya Berbakti Dan Haramnya Durhaka Kepada Kedua Orang Tua

Oleh
Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas



Allah memerintahkan dalam Al-Qur'an agar berbakti kepada kedua orang tua. Mengenai wajibnya seorang anak berbakti kepada orang tua, Allah berfirman di dalam surat Al-Isra' ayat 23-24.

"Artinya : Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak keduanya" [Al-Isra : 23]

"Artinya : Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, "Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil" [Al-Isra : 24]

Juga An-Nisa ayat 36.

"Artinya : Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukanNya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, kepada kaum kerabat kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin, kepada tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan dirinya" [An-Nisa : 36]

Juga terdapat dalam surat Luqman ayat 14-15.

"Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali" [Luqman : 14]

"Artinya : Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan Aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik dan ikuti jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu maka Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu kerjakan" [Luqman : 15]

Atau seperti yang tercantum dalam surat Al-Ankabut ayat 8, tidak boleh mematuhi orang tua yang kafir kalau mengajak kepada kekafiran.

"Artinya : Dan Kami wajibkan kepada manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan" [Al-Ankabut : 8]

Serta surat Al-Ahqaaf ayat 15-16.

"Artinya : Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdo'a "Ya Rabb-ku, tunjukilah aku untuk menysukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridlai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" [Al-Ahqaaf : 15]

"Artinya : Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka" [Al-Ahqaaf : 16]

Sedangkan tentang anak durhaka kepada kedua orang tuanya terdapat di dalam surat Al-Ahqaaf ayat 17-20.

"Artinya : Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, 'Cis (ah)' bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku ? lalu kedua orang tua itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, "Celaka kamu, berimanlah ! Sesungguhnya janji Allah adalah benar" Lalu dia berkata, "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu" [Al-Ahqaaf : 17]

"Artinya : Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (adzab) atas mereka, bersama-sama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi" [Al-Ahqaaf : 18]

"Artinya : Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) apa yang telah mereka kerjakan sedang mereka tidak dirugikan" [Al-Ahqaaf : 19]

"Artinya : Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan), "Kamu telah memhabiskan rizkimu dalam kehidupan duniawi dan kamu telah bersenang-senang dengannya maka pada hari ini kamu dibalas dengan adzab yang menghinakan. Karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak, dan karena kamu telah berbuat fasik" [Al-Ahqaaf : 20]

Sedangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 215

"Artinya : Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, "Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah Maha Mengetahui" [Al-Baqarah : 215]

Banyak sekali ayat-ayat di dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang wajibnya berbakti kepada kedua orang tua. Dalam surat Luqman, Allah menyebutkan wajibnya seorang anak berbakti kepada kedua orang tua dan bersyukur kepadanya serta disebutkan juga tentang larangan mengikuti orang tua jika orang tua tersebut mengajak kepada syirik.

[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta.]


From : http://almanhaj.or.id

Laa Tahzan


Pikirkan dan Syukurilah!

Artinya, ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada Anda. Karena Dia telah melipatkan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga ke bawah kedua telapak kaki.

{Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya.}(QS. Ibrahim: 34)

Kesehatan badan, keamanan negara, sandang pangan, udara dan air, semuanya tersedia dalam hidup kita. Namun begitulah, Anda memiliki dunia, tetapi tidak pernah menyadarinya. Anda menguasai kehidupan, tetapi tak pernah mengetahuinya.

{Dan, Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu lahir dan batin.} (QS. Luqman: 20)

Anda memiliki dua mata, satu lidah, dua bibir, dua tangan dan dua kaki.

{Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?}(QS. Ar-Rahman: 13)
Apakah Anda mengira bahwa, berjalan dengan kedua kaki itu sesuatu yang sepele, sedang kaki acapkali menjadi bengkak bila digunakan jalan terus menerus tiada henti? Apakah Anda mengira bahwa berdiri tegak di atas kedua betis itu sesuatu yang mudah, sedang keduanya bisa saja tidak kuat dan suatu ketika patah? Maka sadarilah, betapa hinanya diri kita manakala tertidur lelap, ketika sanak saudara di sekitar Anda masih banyak yang tidak bisa tidur karena sakit yang mengganggunya? Pernahkah Anda merasa nista manakala dapat menyantap makanan lezat dan minuman dingin saat masih banyak orang di sekitar Anda yang tidak bisa makan dan minum karena sakit?

Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan Anda dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali mata Anda yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit Anda yang terbebas dari
penyakit lepra dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak Anda yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan. Adakah Anda ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung Uhud, atau menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah Anda mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda, hingga Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan untaian mutiara, sementara tangan Anda buntung? Begitulah, sebenarnya Anda berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempumaan tubuh, tetapi Anda tidak menyadarinya. Anda tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisash, meskipun Anda masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat. Anda acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Anda pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Anda mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Anda masih
memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian, karunia, kenikmatan, dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan kemudian syukurilah!

{Dan, pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan.}(QS. Adz-Dzariyat: 21)

Pikirkan dan renungkan apa yang ada pada diri, keluarga, rumah, pekerjaan, kesehatan, dan apa saja yang tersedia di sekeliling Anda. Dan janganlah termasuk golongan

{Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya.}(QS. An-Nahl: 83)

Yang Lalu Biar Berlalu

Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan didalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur
masa depan yang belum terjadi.

Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan
selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis.

Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup
memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada. Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu! Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan.

Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Dalam al-Qur'an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum
dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, "Itu adalah umat yang lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman
dan memutar kembali roda sejarah.

Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang
yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu. Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang meratapi masa lalunya demikian: "Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat
itu dari kuburnya." Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang, sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini, "Mengapa engkau tidak menarik gerobak?"
"Aku benci khayalan," jawab keledai. Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan
dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puingpuing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin
bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya.

Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melibat dan sedikitpun
menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan!